Islam dan Terorisme

Sangat disayangkan bahwa Islam, yang merupakan agama damai, yang penuh harapan, kerukunan, kebaikan dan persaudaraan telah ternodai oleh para pelaku terorisme dan barbarisme seperti yang kita saksikan beberapa tahun terakhir.

Tujuan dari presentasi ini adalah untuk mengetengahkan ajaran Islam sehingga wujud berbagai aksi teroris dapat ditampakkan secara terang benderang berdasarkan ajaran Islam dimana di dalamnya tindakan-tindakan tersebut berlindung mengatasnamakannya.

Kekebalan Diplomatis dan Etika Perang dalam Islam

Menurut Al-Qur’an, Allah telah memberikan kemuliaan kepada setiap insan tanpa memandang warna kulit, ras, suku bangsa dll. Kebebasan adalah karunia akbar dari Allah taala, hilangnya kebebasan adalah suatu kesengsaraan besar.
Menurut Islam, tak seorangpun dapat ditahan tanpa adanya alasan yang jelas. Tawanan hanya dapat diambil pada saat peperangan terjadi bukan dikarenakan alasan lain yang tidak jelas. Al-Qur’anul karim secara jelas menyatakan:

“Tidak layak bagi seorang Nabi bahwa ia mempunyai tawanan sebelum ia sungguh-sungguh berperang di muka bumi. Kamu menginginkan harta dunia, padahal Allah menghendaki akhirat bagimu; dan Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Q.S 8: 68)

Ayat ini telah memangkas sampai ke akar-akarnya tidak hanya pada praktek perbudakan di masa lalu, tetapi juga meruntuhkan pembenaran di era modern sekarang dalam hal penyanderaan dan penahanan orang yang tidak bersalah yang tidak terlibat pertempuran yang sedang berlangsung.

Sang “Lidah Mertua”

Sansevieria sp. si Lidah Mertua


 Sebutan lain yang akrab untuk mengidentifikasi tanaman ini adalah: kaktus kodok (karena bentuk daun yang seperti kodok), lidah mertua (karena daun mudanya yang muncul menyerupai lidah dan tajam), tanaman abad 20 (mulai dikenal pada era ini), tanaman keberuntungan (mudah tumbuh dipelihara sebagai simbol rezeki), atau si belang yang mempesona (warna daun yang belang-belang).
Sansevieria dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis yang tumbuh memanjang ke atas dengan ukuran 50-75 cm dan jenis berdaun pendek melingkar dalam bentuk roset dengan panjang 8 cm dan lebar 3-6 cm. Kelompok panjang memiliki daun meruncing seperti mata pedang, dan karena ini ada yang menyebut Sansevieria sebagai tanaman pedang-pedangan.

Tumbuhan ini berdaun tebal dan memiliki kandungan air sukulen, sehingga tahan kekeringan. Namun dalam kondisi lembab atau basah sansevieria bisa tumbuh subur. Warna daun Sansevieria beragam, mulai hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak, dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, ada yang mengikuti arah serat daun, tidak beraturan, dan ada juga yang zig-zag. Mudah dikenali yaitu tidak berbatang, daun tumbuh tegak berwarna kuning hijau dengan anakan di sekitar tanaman induk, tumbuh bunga dan biji.

Sang Laksamana Agung Dari Cina

Dunia mengenal Vasco Da Gama, Bartholomeus Diaz, Marco Polo dan Christopher Columbus sebagai penakluk sang lautan. Tapi nama-nama itu masih sangat kecil bila dibandingkan dengan Cheng Ho, seorang  laksamana dari Dinasti Ming zaman kekuasaan Kaisar Zhu. Bukti-bukti kebesaran Cheng Ho diungkapkan oleh sejarawan amatir Gavin Menzies, pensiunan Komandan Kapal Selam Angkatan Laut Inggris. Dengan biaya sendiri ia mengunjungi 120 negara dan melakukan penelitian di 900 museum dan perpustakaan. Bukan itu saja, ia juga bertanya kepada para ahli. Hasilnya? Ia kemudian menerbitkan buku “1421, The Year China Discovered The World” pada November 2002. Di bukunya itu, Menzies menjelaskan bahwa Cheng Ho yang pertama kali menemukan Benua Amerika, bukan Colombus. Sejarah memang harus diluruskan.
Menzies menegaskan, Colombus justru berlayar dengan bekal peta lama buatan Cina. “Ketika para awak kapalnya gelisah, Colombus hanya meyakinkan, terus saja ke barat, nanti pasti akan sampai.”
Peta itu diyakini sebagai peta yang dibuat berlayar para pelaut Cina. Apalagi peneliti lain, Cedric Bell, menemukan reruntuhan kota kuno di Cape Breton, Nova Scotia, pantai timur Kanada. Kawasan itu ternyata memiliki tembok keliling dengan arsitektur Cina. Temuannya itu kemudian disebut Nova Cataia atau New Cathay.
Konon setiap ia pulang ke Cina, Cheng Ho selalu membawa oleh-oleh benda-benda eksotik untuk sang kaisar mulai dari batu permata, jenis pakaian, rempah-rempah, sampai dengan hewan-hewan seperti singa, macan tutul, jerapah, burung onta, merak, ataupun hewan eksotik lainnya yang di Cina belum ada.